IE Warning
Your browser is out of date!

This website uses the latest web technologies so it requires an up-to-date, fast browser!
Try Firefox or Chrome!
Back to top
CUSTOMER SERVICE LINE  :    08159979282    Tanya via WA
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Indonesia pada tahun 1988. Dunia olahraga mempersiapkan diri turun serta di Olimpiade Musim Panas 1988 di Seoul. Cabang panahan berada di titik kritis, di mana dibutuhkan pelatih yang bisa menyiapkan tim panahan wanita dalam waktu yang singkat. Satu-satunya yang bisa diandalkan menjadi pelatih adalah Donald Pandiangan (Reza Rahardian) yang dikenal sebagai “Robin Hood Indonesia”.

 

Tapi Donald sendiri sudah lama menghilang. Ia masih terpukul ketika pada tahun 1980 saat ia bersiap mengikuti Olimpiade Musim Panas 1980 di Moskwa, ia batal pergi karena alasan politis. Kini ia hidup jauh dari panahan, bahkan olahraga. Selain pelatih, tim panahan pun harus dipilih 3 orang atlet wanita terbaik. Mereka adalah Nurfitriyana (Bunga Citra Lestari), Lilies (Chelsea Islan) dan Kusuma (Tara Basro).

 

Sementara itu, waktu menuju olimpiade semakin dekat, tetapi para 3 Srikandi ini pun memiliki masalah rumitnya masing-masing. Di bawah ancaman tidak akan diberangkatkan sama sekali, pengurus persatuan panahan, Pak Udi (Donny Damara), mesti membujuk dan meyakinkan Donald untuk mempersiapkan tim panahan wanita.

 

Pribadi Donald yang keras, militan dan amat disiplin, mesti mampu membentuk Yana, Lilies dan Suma mencapai puncak prestasi mereka. Masa latihan menjadi saat memacu diri bagi mereka semua. Pergesekan dan perseteruan satu sama lain, kerasnya medan berlatih dan waktu yang makin menipis, menempa mereka. Siang malam memeras fisik, emosi dan mental, tim panahan putri bersiap menuju Seoul. Dengan meneguhkan semangat, mereka pun bertempur di lapangan.

 

Tonggak sejarah medali Indonesia di kancah Olimpiade dimulai di Seoul 1988. Ketika itu, Indonesia untuk pertama kali berhasil meraih medali di pesta olahraga terbesar di dunia tersebut.
Cabang olahraga panahan yang menjadi cabor pertama peraih medali untuk Indonesia di Olimpiade melalui tiga Srikandi, Nurfitriyana Saiman, Lilies Handayani dan Kusuma Wardhani. Turun di nomor beregu putri, ketiganya sukses naik podium untuk mempersembahkan medali perak sekaligus medali pertama buat Indonesia sejak keikutsertaan pertama kali di tahun 1952.

 

Dalam persiapan menuju Olimpiade 1988, Nurfitriyana bercerita sebenarnya ada lima atlet yang ikut dalam seleksi yaitu dirinya, Kusuma, Lilies, Fitrizal Iriani, dan Tanti. Tetapi, dua bulan mendekati Olimpiade , hasil seleksi hanya memilih tiga atlet untuk menjalani persiapan lanjutan, yakni Nurfitriyana, Lilies dan Kusuma.

 

Persiapan Olimpiade 1988 tidak hanya digelar di Jakarta, tetapi juga di Sukabumi, Jawa Barat. Pertimbangannya sebagai adaptasi cuaca dingin di Korea. “Waktu bertanding di Olimpiade 1988 juga kami dilepas, tidak dituntun, tidak ada arahan. Beliau hanya mendampingi di belakang. Istilahnya beliau itu sudah percaya betul dengan kami. Jadi memang kami berempat sudah sehati. Dengan latihan keras itu fungsinya banyak,” kata Nurfitriyana menceritakan kembali momen pelatnas jelang Olimpiade 1988.

 

Satu bulan sebelum ke Olimpiade 1988, ketiga Srikandi Panahan Indonesia tersebut diajak keliling Eropa untuk berlatih dan mengikuti kejuaraan di sana. Terakhir di Jerman, tim beregu putri panahan Olimpiade itu meraih peringkat ketiga.

 

Modal berlatih dan mengikuti kejuaraan di Eropa disebut Nurfitriyana memberikan keyakinan buat tampil di Olimpiade 1988. Peraturan untuk nomor beregu panahan di Olimpiade waktu itu, penilaiannya seperti perorangan dengan jarak tembak mulai dari 30 meter, 50, 60, 70 meter.

 

Lapangan Hwarang yang berada di dalam kompleks militer Korsel di Seoul menjadi saksi bisu kehebatan tiga pemanah Indonesia di Olimpiade 1988. Dalam perjalanannnya, Srikandi Indonesia berhasil mengalahkan tim panahan Amerika Serikat.

Awalnya, tim panahan beregu putri Indonesia dan Amerika Serikat (AS) harus bertanding ulang karena sama-sama mengantongi skor 952. Lilies, Nurfitriyana, dan Kusuma kembali harus berduel dengan pemanah asal negeri Paman Sam di nomor 70 meter terakhir.

 

Di babak terakhir pada 70 meter, Indonesia bisa menyamai poin Amerika Serikat dan harus menjalani babak tambahan untuk penentuan peraih perak.

 

Dalam rematch dengan AS, sembilan anak panah yang meluncur dari busur Trio Indonesia Srikandi berhasil mengumpulkan 72 poin. Hasil ini sudah lebih dari cukup untuk mengalahkan AS yang hanya mampu mengumpulkan 67 poin, setelah satu anak panah mereka meleset dari sasaran.

Medali perak akhirnya menjadi milik Indonesia setelah 36 tahun berpartisipasi di Olimpiade. Pencapaian ini bisa dikatakan sangat mengejutkan sekaligus pelipur lara lantaran ketiga pemanah kalah di nomor perorangan.

 

 

 

Nah berikut ini dia rangkuman kisah para 3 Srikandi, Semoga bisa menginspirasi kita semua.

 

Semoga bermanfaat Jika kamu ingin membeli franchise Crispyku Franchise yang paling terpercaya : silakan cek www.waralaba-friedchicken.com / www.crispyku.com

LEAVE A COMMENT

sixteen − 3 =


 

 
Copyright 2013 Crispyku. Designed by Pohon Kreatif